Nama : Widya Shafa Nabilla
Asal : Kota Palangkaraya, Kalimantan Tengah
TTL : Palangkaraya, 21 September 1997
Posisi dalam Putri Hijabfluencer (juara/Finalis) :
Runner Up 1 Putri Hijabfluencer Kalimantan Tengah
Pengalaman Organisasi :
Ketua Angkatan Siswa
Mayoret Drum Band
Model Kabupaten Kapuas
Dancer Kabupaten Kapuas
Psikodance Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta
Koordinator Tim Marketing Psychomonth
Penari Pentas Seni Universitas Gajah Mada Yogyakarta
Prestasi :
Juara 2 Lomba Modern Dance
Juara 1 Model Peragaan Busana Universitas Ahmad Dahlan
Lulus dengan Predikat Cumloude dari Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta
Nama saya Widya Shafa Nabilla. Biasa dipanggil Widya. Saya adalah anak pertama dari tiga bersaudara dan semuanya adalah seorang perempuan. Perjalanan Hijab saya mungkin terbilang unik. Saya dulunya bercita-cita menjadi seorang Pramugari dan tidak pernah terbayangkan untuk berhijab dalam waktu dekat.
Pada awalnya semua berjalan baik, saya disekolah tetap mengukir prestasi di luar sekolah saya tetap melakukan hobby saya untuk selalu tampil, saya senang sekali ikut kelas model, dancer bahkan sampai mayoret saya ikuti. Setelah saya lulus sekolah ternyata ayah saya berubah pikiran, beliau tidak mendukung saya menjadi Pramugari dan meminta saya kuliah. Saat itu saya tidak berniat untuk kuliah, jadi semuanya terlambat hanya beberapa Universitas saja yang masih buka pendaftaran. Akhirnya saya menjatuhkan pilihan pada Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta. Sebelumnya saya memang belum berhijab, sedangkan kampus yang saya pilih adalah kampus Islam yang artinya semua wanita muslimnya wajib berhijab, saya pun mulai belajar menggunakan hijab pelan-pelan kadang masih tidak istiqomah.
Allah memang maha baik, Allah telah mengaturkan takdir terbaik untuk saya. Berada dilingkungan Islam, melihat orang-orang tetap dapat tampil cantik walau berhijab akhirnya perlahan membuka hati saya. Saya mulai tertarik dan terus belajar soal hijab. Baru berjalan satu tahun saya kuliah ternyata saya dikejutkan dengan kabar meninggalnya ayah saya di Kalimantan sedangkan saat itu saya berada di Yogyakarta. Dari kejadian tersebut membuat saya sangat terpukul, tapi dilain sisi saya menjadi semakin teguh pada hijab saya, saya belum bisa membalas budi kepada ayah saya, saya belum sempat membanggakannya ketika saya wisuda, akhirnya saya berjanji dengan diri sendiri untuk istiqomah berhijab, bukan hanya berhijab saya mulai menekuni belajar Al-Quran secara baik dan benar, saya belajar ikut kajian-kajian Islami, saya ingin sekali bisa menjadi wanita sholehah sesungguhnya.
Waktu demi waktu berlalu, saya dinyatakan lulus dari Universitas Ahmad Dahlan. Tiga bulan sebelum lulus, saya dipertemukan dengan suami saya, saat itu beliau adalah seorang dosen muda dikampus saya. Singkat cerita kami pun menikah dan tinggal di Kalimantan. Saya sekarang sudah memiliki satu anak perempuan yang berumur tiga tahun. Saya merasa sedih dan iri ketika melihat teman-teman saya lulus kuliah masih tampil cantik, berkarir, berseragam dan bebas menggapai mimpinya. Sedangkan saya hanya diam dirumah mengurus suami dan anak, saya merasa kehilangan power dengan diri saya sendiri, saya bahkan kehilangan kepercayaan diri saya.
Awalnya saya merasa ketika menikah dan punya anak dunia saya berhenti, tapi ternayata saya adalah dunia bagi anak saya. Maka dari itu, saya mulai berani keluar dari zona nyaman, saya mulai membangun karir saya. Saya memiliki usaha properti keluarga yaitu kost-kostan yang berjumlah 24 pintu dan sekarang saya yang mengelolanya, saya senang sekali terhadap dunia kecantikan akhirnya saya memutuskan untuk membuka jasa Make-Up Artist, semuanya memang tidak mudah karena dirumah saya tetap harus menjalankan kewajiban saya sebagai seorang istri dan ibu, tapi entah kenapa semakin sibuk saya malah semakin bahagia dan merasa menemukan jati diri saya kembali.
Saya kembali menantang diri saya untuk keluar dari zona nyaman lagi, saya sekarang mungkin sudah bisa untuk menginspirasi anak saya selanjutnya saya ingin bisa menginspirasi banyak orang dari cerita saya. Kita sebagai ibu mungkin hanya butuh waktu, boleh istirahat sebentar setelahnya kalian bisa bangkit lagi, belajar keluar dari zona nyaman, tidak ada batasan untuk seseorang berkembang, tidak ada kata terlambat.
Akhirnya, saya beranikan diri mendaftar Putri Hijabfluencer Kalimantan Tengah, bersaing dengan wanita-wanita muda yang tidak kalah hebat, bersaing dengan jiwa muda yang penuh prestasi tidak menyurutkan semangat saya untuk menjadi juara. Tujuan saya hanya untuk berbagi dan menginspirasi, saya ingin para wanita tahu bahwa sebenarnya tidak ada batasan untuk berkembang, hijab bukan batasan untuk kita menjadi hebat, jadi istri dan ibu tidak akan menghalangi impian kita. Saya selalu berusaha menyeimbangkan semuanya dengan tetap menjalankan kewajiban saya sebagai seorang istri dan ibu, saya juga ingin mengembangkan sayap untuk mencapai semua impian saya. Saya percaya bahwa kita sebagai wanita tidak perlu menunggu untuk di Ratukan, karena menjadi Ratu dari diri sendiri jauh lebih menyenangkan.
Beri Komentar